Segoro Interkon

Risiko Bekerja di Kebisingan

Bekerja di Tengah Kebisingan? Ketahui Risiko Mengerikan yang Mengintai Anda!

Lingkungan kerja yang bising sering kali dianggap remeh, namun kenyataannya, kebisingan yang berlebihan dapat menimbulkan risiko kesehatan yang serius bagi para pekerja.

Di Indonesia, regulasi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) telah menetapkan prosedur yang ketat untuk mengelola risiko ini.

Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang kebisingan di tempat kerja, jenis-jenisnya, risiko yang ditimbulkan, prosedur K3 yang harus diikuti, dan kompetensi yang harus dimiliki oleh pekerja yang bekerja di lingkungan bising.

Apa itu Kebisingan?

Suara adalah sensasi yang sewaktu vibrasi longitudinal dari molekul-molekul udara, yang berupa gelombang mencapai membrana timpani dari telinga (Perhimpunan Ahli Telinga, Hidung, dan Tenggorokan Indonesia, 1985).

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu dan tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (Kepmen LH No 48. tahun 1996).

Jadi, kebisingan disebabkan oleh suara yang tidak diinginkan atau mengganggu yang dapat menyebabkan dampak negatif pada kesehatan dan kenyamanan seseorang.

Kebisingan di tempat kerja dapat berasal dari berbagai sumber, seperti mesin industri, alat berat, kendaraan, dan proses produksi lainnya.

Di lingkungan kerja, kebisingan yang berlebihan dapat mengganggu komunikasi, menurunkan produktivitas, dan meningkatkan risiko kecelakaan.

Apa Saja Jenis Kebisingan?

Dalam buku Fundamentals of Industrial Hygiene 5th Edition, pajanan kebisingan di tempat kerja dapat dikelompokan menjadi 3 jenis yaitu (Standard, 2002):

1. Continuous Noise

Continuous noise merupakan jenis kebisingan yang memiliki tingkat dan spektrum frekuensi konstan.

Kebisingan jenis ini memajan pekerja dengan periode waktu 8 jam per hari atau 40 jam per minggu.

2. Intermittent Noise

Intermittent noise merupakan jenis kebisingan yang memajan pekerja hanya pada waktu-waktu tertentu selama jam kerja.

Contoh pekerja yang mengalami pajanan kebisingan jenis ini adalah inspector atau plant supervisor yang secara periodik meninggalkan area kerjanya yang relatif tenang menuju area kerja yang bising.

3.    Impact Noise

Impact noise disebut juga dengan kebisingan impulsif, yaitu kebisingan dengan suara hentakan yang keras dan terputus-putus kurang dari 1 detik.

Contoh kebisingan jenis ini adalah suara ledakan dan pukulan palu.

Sedangkan Menurut Suma’mur (2009) menurut sifatnya kebisingan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:

  1. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state, wide band noise). Misal: mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar.
  2. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state, narrow band noise). Misal: gergaji sirkuler, katup gas.
  3. Kebisingan terputus-putus (intermittent). Misal: lalu lintas, suara kapal terbang.
  4. Kebisingan impulsive (impact impulsive noise). Misal: tembakan bedil, meriam, ledakan.
  5. Kebisingan impulsive berulang. Misal: mesin tempa, pandai besi.

Jangan Abai, Ini Dia Risiko Bekerja di Kebisingan

Menurut peraturan Kementerian Ketenagakerjaan No. PER-13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, nilai ambang batas (NAB) untuk kebisingan di tempat kerja adalah 85 desibel (dB) untuk paparan selama 8 jam sehari.

Paparan di atas nilai ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan masalah kesehatan lainnya.

Bekerja di lingkungan yang bising dapat menimbulkan berbagai risiko kesehatan yang serius. Berikut adalah beberapa risiko utama yang mengintai para pekerja:

  1. Gangguan pendengaran: Paparan berkepanjangan terhadap kebisingan di atas 85 dB dapat menyebabkan gangguan pendengaran permanen. Menurut Kementerian Kesehatan, gangguan pendengaran akibat kebisingan merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang paling umum.
  2. Stres dan kelelahan: Kebisingan yang berlebihan dapat menyebabkan stres dan kelelahan mental, yang dapat berdampak negatif pada produktivitas dan kesejahteraan pekerja.
  3. Gangguan komunikasi: Kebisingan dapat mengganggu komunikasi antara pekerja, yang dapat meningkatkan risiko kecelakaan kerja karena kurangnya koordinasi.
  4. Masalah kardiovaskular: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan kebisingan yang tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, seperti hipertensi dan penyakit jantung.

Selalu Patuhi Prosedur K3 Bekerja di Kebisingan Ini!

Untuk mengatasi risiko kebisingan di tempat kerja, perusahaan harus menerapkan prosedur K3 yang ketat. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

  1. Penilaian risiko kebisingan: Melakukan penilaian risiko kebisingan untuk mengidentifikasi sumber-sumber kebisingan dan menentukan tingkat paparan pekerja.
  2. Pengendalian teknik: Menggunakan peredam suara, enclosure, dan isolasi akustik untuk mengurangi tingkat kebisingan di sumbernya.
  3. Pengendalian administratif: Mengatur jadwal kerja untuk mengurangi durasi paparan kebisingan, memberikan istirahat yang cukup, dan membatasi waktu kerja di area bising.
  4. Pelindung pendengaran: Menyediakan alat pelindung pendengaran (earplugs atau earmuffs) bagi pekerja yang terpapar kebisingan di atas NAB. Menurut Kementerian Ketenagakerjaan, penggunaan pelindung pendengaran adalah wajib jika tingkat kebisingan melebihi 85 dB.
  5. Pelatihan dan Edukasi: Memberikan pelatihan K3 kepada pekerja tentang risiko kebisingan dan cara menggunakannya dengan benar alat pelindung pendengaran.
  6. Pemantauan dan Evaluasi: Melakukan pemantauan berkala terhadap tingkat kebisingan dan kesehatan pekerja, serta mengevaluasi efektivitas langkah-langkah pengendalian yang diterapkan.

Penutup

Kebisingan di tempat kerja adalah risiko yang nyata dan serius yang harus dikelola dengan baik.

Dengan memahami jenis-jenis kebisingan, risiko yang ditimbulkan, dan prosedur K3 yang tepat, perusahaan dapat melindungi kesehatan dan keselamatan pekerjanya.

Kompetensi K3 yang memadai juga sangat penting bagi pekerja yang bekerja di lingkungan bising.

Perusahaan harus berkomitmen untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat, termasuk melalui pelatihan K3 yang berkelanjutan.

Dengan demikian, tidak hanya keselamatan pekerja yang terjamin, tetapi juga produktivitas dan keberlanjutan operasional perusahaan.

Jika Anda mencari solusi untuk mengelola risiko kebisingan di tempat kerja atau membutuhkan pelatihan K3 yang komprehensif, jangan ragu untuk menghubungi kami.

Dengan pengalaman dan keahlian yang kami miliki, kami siap membantu Anda menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat.

Hubungi kami
Butuh bantuan?
Halo apa yang bisa kami bantu